FADHILAH AL-FATIHAH
KH. Jalaluddin Rakhmat
”Manusia yang paling baik di antara kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya,” sabda Rasulullah saw. Hadis ini adalah sebagian di antara hadis-hadis yang berkenaan dengan keutamaan mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Hadis-hadis seperti itu dise-but hadis “fadhail” —berasal dari kata “fadhilah” yang berarti keutamaan, kebajikan, atau manfaat utama (excellences, virtue, merit). Para ulama sepakat bahwa hadis fadhail —sekali pun dhaif— boleh disebarkan untuk mendorong orang beramal saleh. Berikut ini kita sampaikan hadis-hadis berkenaan dengan keutamaan Al-Fatihah, dengan sedapat mungkin merujuk pada hadis-hadis yang shahih atau paling sedikit hasan. Ketika kita menyebutkan hadis-hadis tentang nama-nama Al-Fatihah, sebagian dari keutamaan Al-Fatihah ini sudah kita kemukakan. Di sini kita hanya mencantumkan hadis-hadis yang belum kita sebutkan.
Lebih baik dari segala kesenangan duniawi. “Pada suatu hari Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya. Mereka saling mengingatkan tentang nikmat Allah, kefanaan dunia, kekekalan akhirat, pahala orang yang beriman, dan azab bagi orang kafir. Tiba-tiba mereka mendengar sekelompok orang tertawa dengan riang sambil memukul-mukul genderang. Melihat ini, Rasulullah saw bertanya: Apa yang mengakibat-kan penduduk Makkah bergembira seperti ini? Salah seorang sahabatnya menjawab: Ya Rasulullah inilah kafilah yang masuk ke Makkah dan mereka bergembira menyambut-nya. Rasulullah saw bersabda: Marilah kita berdiri keluar melihat mereka dan mengambil pelajaran dari mereka.
“Kemudian mereka semua pergi duduk bergabung dengan rombongan orang. Kafilah demi kafilah masuk. Orang-orang berkata: Inilah kafilah Bani Umayyah, ini kafilah Bani Hasyim, ini kafilah Bani ‘Adi, sampai masuklah tujuh kafilah. Ketika Rasulullah saw memandang mereka, keindahan mereka, perhiasan mereka, harta mereka dan kegem-biraan mereka, rasa duka menyelimuti hati Nabi; karena sahabat-sahabatnya semenjak beberapa hari dalam keadaan lapar dan tidak menemukan sesuatu yang mereka makan.
“Semua itu membuat Rasulullah saw bersedih dan bertanya-tanya: Allah swt memberikan kepada orang kafir harta yang banyak dan Dia tidak memberi kami makanan? Pada saat itu juga turun Jibril dan berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Allah swt berkata kepadamu, “Aku telah memberi kamu tujuh ayat yang diulang, yakni Al-Fatihah. Allah mengharamkan pembacanya dari tujuh pintu jahanam. Inilah obat dari segala penyakit kecuali kematian. Tidak ada di dalam kitab-kitab, surat yang lebih utama daripadanya. Karenanya Iblis menjerit. Para iblis di samping-nya berkumpul dan bertanya: Apa gerangan yang terjadi wahai Junjungan kami, wahai Pemimpin kami. Ia menjawab: Ketahuilah pada hari ini sudah turun surat kepada umat ini. Siapa yang membacanya masuk surga tanpa perhitungan dan siksa. Kamu tidak akan mampu menghadapi para pembacanya, tipu daya kamu sia-sia.
“Jibril berkata: Apakah yang Aku berikan kepadamu, Muhammad, lebih baik? Atau tujuh kafilah yang Aku berikan kepada orang kafir? Berkata Rasulullah saw: Ini lebih utama, wahai Jibril. Jibril berkata: Ya, Muhammad, maukah kami tukar tujuh ayat yang kamu miliki dengan tujuh kafilah mereka? Rasulullah saw menjawab: Tidak, ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang telah Tuhanmu berikan kepada kamu, Allah swt juga berfirman: Telah kami berikan kepada-Mu Al-Quran yang agung. Sekiranya ia tertulis pada lembaran-lembaran kertas, kemudian dilemparkan ke dalam api, api tidak akan membakarnya. Maka bagaimana mungkin api neraka membakar pembacanya dan membakar penghafalnya. Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran Allah berikan kepadanya seratus kebaikan. Apakah Al-Quran itu yang lebih baik, atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Al-Quran lebih baik, ya Jibril.
“Jibril berkata: Maukah kamu tukar-kan Al-Quran dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril. Jibril berkata: Hai Muhammad, ketahuilah, haknya Al-Quran dan Tuhanmu berkata kepadamu: Kami berikan juga kepadamu hari Jumat pada setiap tujuh hari. Malamnya lebih baik dari dunia dan segala isinya. Pada setiap saat, pada hari Jumat, Tuhan bebaskan seratus ribu orang yang sudah dipastikan masuk ke neraka dan setiap anak musyrikin yang lahir pada malam itu, yang Allah muliakan dia dengan Islam, karena kemuliaan malam itu. Ia menghapuskan dosa-dosa di antara Jumat itu dan Jumat berikutnya. Ia melepaskan azab para mukminin penghuni kubur dan setiap orang yang memper-oleh azab pada malam itu karena kemuliaan-nya. Apakah itu lebih baik daripada kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan hari Jumat dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang aku berikan pada hari itu, dan Ya Muhammad, Tuhanmu juga berkata: Kami berikan tujuh kali tawaf. Siapa yang bertawaf di sekitar Baitullah, seakan-akan ia bertawaf di sekitar ‘Arasy Allah swt. Siapa yang tawaf di sekitar ‘Arasy-Nya, Allah akan malu menyiksa-nya. Setiap minggu setiap saat, orang beriman tawaf di sekitarnya, Allah memperhatikannya tujuh kali. Ingatlah kemurahan Allah yang diberikannya kepada orang mukmin berupa ampunan. Apakah ini lebih baik atau kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan ini dengan itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang telah aku berikan. Ya Muhammad, sesungguhnya Tuhan-Mu berkata: Kami berikan kepadamu juga tujuh kali melempar jumrah. Pada setiap jumrah, Allah ampuni dosa-dosa besar dari umatmu. Setiap lemparan jumrah menutup satu pintu jahanam, bagimu dan bagi orang yang melemparnya. Apakah ini lebih baik bagimu ataukah kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang aku berikan dan Tuhanmu berkata: Sesungguhnya aku perintahkan tujuh langit dan penghuninya, tujuh bumi dan penghuni-nya, untuk berdoa bagimu dan bagi umatmu, setiap hari lima kali pada waktu-waktu salat. Apakah itu lebih baik atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Janganlah kamu layangkan pandang-anmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka. Tetapi pandanglah kemurahan yang telah aku berikan kepadamu.
“Kemudian Rasulullah saw membaca: Janganlah kamu layangkan pandanganmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka dalam hal-hal istri-istri mereka. Rasulullah menarik nafas panjang seraya berkata: Aku bukanlah penghuni dunia ini, tetapi penghuni akhirat. Akulah kekasih Sang Kekasih. Ditanya ‘Atho, kapan Al-Fatihah diturunkan? Ia berkata: Turun di Makkah pada hari Jumat sebagai anugerah Allah kepada Nabi kami Muhammad saw. Bersamanya ada tujuh ribu malaikat yang menyertai Jibril, dan Allah tidak memberikan surat itu kepada seorang pun sebelumnya.1 ”
Turun langsung dari ‘Arasy Tuhan. Dari Ja’far bin Muhammad as dari ayahnya dari kakeknya sampai kepada Nabi saw. Ia ber-sabda: Ketika Allah swt bermaksud menurun-kan Al-Fatihah, ayat Kursi, Syahidallahu, qul lillahumma malik al-mulk, semua ayat itu bergantung di ‘Arasy Tuhan. Tidak ada peng-halang di antaranya dengan Allah. Semua ayat itu berkata: Tuhanku, kau turunkan kami ke kampung yang penuh dosa, kepada orang yang menentangmu, padahal kami bergantung pada kebersihan dan kesucianmu. Allah swt ber-firman: Demi keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, jika seorang hamba membaca kamu sesudah salatnya, Aku akan tempatkan dia di wisma kesucian (firdaus), Aku akan perhatikan dia dengan mata-Ku yang terpelihara setiap hari tujuhpuluh kali pandangan, Aku akan penuhi setiap hari tujuhpuluh keperluannya, paling sedikit di antaranya adalah ampunanku. Aku lindungi ia dari semua musuh. Aku akan membelanya. Tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali kematian.2
Keistimewaan bagi umat Rasulullah saw. Dari Hasan bin Ali: Pada suatu hari serombongan orang Yahudi menemui Nabi saw. Di antara yang mereka tanyakan: Kabarkan kepada kami tujuh hal yang Allah berikan kepadamu dan tidak diberikan kepada Nabi yang lain, dan Allah berikan kepada umatmu dan tidak kepada umat yang lain? Nabi saw bersabda: “Allah memberikan kepadaku Al-Fatihah, adzan, jamaah di masjid, hari Jumat, menjaharkan tiga salat, keringanan bagi umatku dalam keadaan sakit, safar, dan salat jenazah, dan syafaat bagi pelaku dosa besar di antara umatku.”3
Besarnya pahala bagi yang membaca-nya. Dari Ali as, Nabi saw bersabda, ”Pada malam Isra, aku berhenti di bawah ‘Arasy. Aku melihat ke atasku dan kulihat dua papan bergantung terbuat dari mutiara dan yakut. Pada papan yang satu tertulis Al-Fatihah, dan pada papan yang lain seluruh Al-Quran. Aku berkata: Tuhanku, muliakanlah umatku dengan dua papan ini. Tuhan yang Mahatinggi berfirman: Aku sudah memuliakan kamu dan umatmu dengan keduanya (yakni firman Tuhan: Sudah Aku berikan kepadamu tujuh yang diulang dan Al-Quran yang agung.) Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Fatihah? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, barangsiapa yang membaca tujuh ayat itu satu kali, aku haramkan baginya tujuh pintu jahanam (seperti firman Allah: Baginya ada tujuh pintu). Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Quran satu kali? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, untuk setiap huruf Aku beri kepadanya satu pohon di surga”4
Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, “Jika seorang hamba berkata alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku curahkan kepadamu nikmat-Ku di dunia dan akhirat. Bila dia berkata al-rahmân al-rahîm, Allah berfirman: Rahmat-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata mâliki yaumiddîn, Allah berfirman: Anugerah-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în, Tuhan berfirman: Pertolongan-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ihdinash shirâthal mustaqîm, Tuhan berfirman: Petunjuk-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata shirâth alladîina an’amta ‘alaihim, Tuhan berfirman: Syafa’at kekasih-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ghair al-maghdûbi ‘alaihim, Tuhan berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan dekatkan diri-Ku kepadamu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata wa lâ al-dhâlin, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, ketinggian-Ku, Aku tetapkan namamu dalam daftar orang-orang yang ber-bahagia dan Aku hapuskan namamu dari daftar orang-orang yang celaka.”5
Salat tidak sah tanpa Al-Fatihah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Turmudzi, Al-Nasai, Ibnu Majah dengan sanad yang bersambung kepada Nabi, Rasulullah saw bersabda, ”Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihat al-Kitab.” Al-Daruquthni meriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit: “Tidak mendapat pahala salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah”. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai menyampaikan sabda Nabi saw: “Barangsiapa yang melakukan salat, tidak membaca Al-Quran di dalamnya, maka salatnya itu bercacat, bercacat, bercacat.”6
Memberikan pengampunan dan per-lindungan. Diriwayatkan oleh Muhyiddin Ibn al-Arabi dalam Futuhat al-Makkiyyah dengan sanadnya yang bersambung kepada Nabi saw, Allah swt berfirman: Hai Israfil, demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku dan kemuliaan-Ku, siapa yang membaca bismillahirrahmanirrahim bersambung dengan Al-Fatihah satu kali, saksikanlah bahwa Aku ampuni dosa-dosanya, Aku terima kebaikan-nya, Aku maafkan kesalahannya. Aku tidak akan membakar lidahnya dengan api dan siksa pada hari kiamat, pada hari ketakutan yang besar. Ia akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan para awliya.”7
Al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dari al-Saib bin Yazid, “Nabi saw memohonkan perlindungan bagiku dengan Fatihat al-Kitab.”8
Memberikan Kesembuhan untuk Berbagai Penyakit. Rasulullah saw bersabda kepada Jabir bin Abdullah: Hai Jabir, maukah kamu saya ajarkan surat yang paling utama yang Allah turunkan dalam kitab-Nya? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku.Ya Rasul Allah, ajarkanlah surat itu kepadaku. Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kepadanya alhamdulillah, Umm al-Kitab, seraya berkata: Maukah aku beritakan lebih lanjut tentang Al-Fatihah? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku. Ya Rasul Allah, beritakanlah itu kepadaku. Rasulullah saw bersabda: Al-Fatihah itu obat dari segala penyakit kecuali kematian.9
1 Dikutip dari Tafsir al-Hanafi; lihat Khazînat al-Asrâr 109
2 Bihâr al-Anwâr, 89: 157; dalam riwayat Ahli Sunnah, lihat Khazînat al-Asrâr 114. Al-Nazili mengatakan ia mengutipnya dari Rûh al-Bayân 4:487.
3 Bihâr al-Anwâr 89:138
4 Khazînat al-Asrâr 113
5 ibid 115
6 ibid 112, al-Durr al-Mantsûr 1:18. Berdasarkan hadis-hadis ini, semua mazhab selain mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam salat wajib dibacakan al-Fatihah. Mazhab Hanafi hanya mewajibkan membaca ayat Al-Quran saja, paling sedikit enam huruf seperti “tsumma nazhar” (QS 74:21). Mereka berpegang pada ayat Al-Quran: “Bacalah apa yang mudah dari Al-Quran ” (QS 73:20) dan hadis mutawatir dari al-Bukhari, Muslim, yang berbunyi “Kemudian bacalah apa yang ada padamu dari Al-Quran .” Mazhab-mazhab di luar Hanafi berbeda pendapat tentang apakah al-Fatihah itu wajib pada setiap rakaat atau tidak. Syafi’i, Hanbali, dan Maliki (pada sebagian pendapatnya) mene-tapkan pada setiap rakaat. Ja’fari dan Maliki (pada sebagian pendapatnya yang lain) hanya mewajibkan pada rakaat pertama saja. Hasan al-Bashri berpendapat: Cukup pada satu rakaat saja. Lihat Tafsir Ayat al-Ahkâm 13-14; 202-204; Tafsir al-Munîr 63-67.
7 Khazînat al-Asrâr 110
8 ibid 111
9 Bihâr al-Anwâr 89:143
Senin, 17 Agustus 2009
FADHILAH AL-FATIHAH
FADHILAH AL-FATIHAH
KH. Jalaluddin Rakhmat
”Manusia yang paling baik di antara kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya,” sabda Rasulullah saw. Hadis ini adalah sebagian di antara hadis-hadis yang berkenaan dengan keutamaan mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Hadis-hadis seperti itu dise-but hadis “fadhail” —berasal dari kata “fadhilah” yang berarti keutamaan, kebajikan, atau manfaat utama (excellences, virtue, merit). Para ulama sepakat bahwa hadis fadhail —sekali pun dhaif— boleh disebarkan untuk mendorong orang beramal saleh. Berikut ini kita sampaikan hadis-hadis berkenaan dengan keutamaan Al-Fatihah, dengan sedapat mungkin merujuk pada hadis-hadis yang shahih atau paling sedikit hasan. Ketika kita menyebutkan hadis-hadis tentang nama-nama Al-Fatihah, sebagian dari keutamaan Al-Fatihah ini sudah kita kemukakan. Di sini kita hanya mencantumkan hadis-hadis yang belum kita sebutkan.
Lebih baik dari segala kesenangan duniawi. “Pada suatu hari Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya. Mereka saling mengingatkan tentang nikmat Allah, kefanaan dunia, kekekalan akhirat, pahala orang yang beriman, dan azab bagi orang kafir. Tiba-tiba mereka mendengar sekelompok orang tertawa dengan riang sambil memukul-mukul genderang. Melihat ini, Rasulullah saw bertanya: Apa yang mengakibat-kan penduduk Makkah bergembira seperti ini? Salah seorang sahabatnya menjawab: Ya Rasulullah inilah kafilah yang masuk ke Makkah dan mereka bergembira menyambut-nya. Rasulullah saw bersabda: Marilah kita berdiri keluar melihat mereka dan mengambil pelajaran dari mereka.
“Kemudian mereka semua pergi duduk bergabung dengan rombongan orang. Kafilah demi kafilah masuk. Orang-orang berkata: Inilah kafilah Bani Umayyah, ini kafilah Bani Hasyim, ini kafilah Bani ‘Adi, sampai masuklah tujuh kafilah. Ketika Rasulullah saw memandang mereka, keindahan mereka, perhiasan mereka, harta mereka dan kegem-biraan mereka, rasa duka menyelimuti hati Nabi; karena sahabat-sahabatnya semenjak beberapa hari dalam keadaan lapar dan tidak menemukan sesuatu yang mereka makan.
“Semua itu membuat Rasulullah saw bersedih dan bertanya-tanya: Allah swt memberikan kepada orang kafir harta yang banyak dan Dia tidak memberi kami makanan? Pada saat itu juga turun Jibril dan berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Allah swt berkata kepadamu, “Aku telah memberi kamu tujuh ayat yang diulang, yakni Al-Fatihah. Allah mengharamkan pembacanya dari tujuh pintu jahanam. Inilah obat dari segala penyakit kecuali kematian. Tidak ada di dalam kitab-kitab, surat yang lebih utama daripadanya. Karenanya Iblis menjerit. Para iblis di samping-nya berkumpul dan bertanya: Apa gerangan yang terjadi wahai Junjungan kami, wahai Pemimpin kami. Ia menjawab: Ketahuilah pada hari ini sudah turun surat kepada umat ini. Siapa yang membacanya masuk surga tanpa perhitungan dan siksa. Kamu tidak akan mampu menghadapi para pembacanya, tipu daya kamu sia-sia.
“Jibril berkata: Apakah yang Aku berikan kepadamu, Muhammad, lebih baik? Atau tujuh kafilah yang Aku berikan kepada orang kafir? Berkata Rasulullah saw: Ini lebih utama, wahai Jibril. Jibril berkata: Ya, Muhammad, maukah kami tukar tujuh ayat yang kamu miliki dengan tujuh kafilah mereka? Rasulullah saw menjawab: Tidak, ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang telah Tuhanmu berikan kepada kamu, Allah swt juga berfirman: Telah kami berikan kepada-Mu Al-Quran yang agung. Sekiranya ia tertulis pada lembaran-lembaran kertas, kemudian dilemparkan ke dalam api, api tidak akan membakarnya. Maka bagaimana mungkin api neraka membakar pembacanya dan membakar penghafalnya. Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran Allah berikan kepadanya seratus kebaikan. Apakah Al-Quran itu yang lebih baik, atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Al-Quran lebih baik, ya Jibril.
“Jibril berkata: Maukah kamu tukar-kan Al-Quran dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril. Jibril berkata: Hai Muhammad, ketahuilah, haknya Al-Quran dan Tuhanmu berkata kepadamu: Kami berikan juga kepadamu hari Jumat pada setiap tujuh hari. Malamnya lebih baik dari dunia dan segala isinya. Pada setiap saat, pada hari Jumat, Tuhan bebaskan seratus ribu orang yang sudah dipastikan masuk ke neraka dan setiap anak musyrikin yang lahir pada malam itu, yang Allah muliakan dia dengan Islam, karena kemuliaan malam itu. Ia menghapuskan dosa-dosa di antara Jumat itu dan Jumat berikutnya. Ia melepaskan azab para mukminin penghuni kubur dan setiap orang yang memper-oleh azab pada malam itu karena kemuliaan-nya. Apakah itu lebih baik daripada kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan hari Jumat dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang aku berikan pada hari itu, dan Ya Muhammad, Tuhanmu juga berkata: Kami berikan tujuh kali tawaf. Siapa yang bertawaf di sekitar Baitullah, seakan-akan ia bertawaf di sekitar ‘Arasy Allah swt. Siapa yang tawaf di sekitar ‘Arasy-Nya, Allah akan malu menyiksa-nya. Setiap minggu setiap saat, orang beriman tawaf di sekitarnya, Allah memperhatikannya tujuh kali. Ingatlah kemurahan Allah yang diberikannya kepada orang mukmin berupa ampunan. Apakah ini lebih baik atau kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan ini dengan itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang telah aku berikan. Ya Muhammad, sesungguhnya Tuhan-Mu berkata: Kami berikan kepadamu juga tujuh kali melempar jumrah. Pada setiap jumrah, Allah ampuni dosa-dosa besar dari umatmu. Setiap lemparan jumrah menutup satu pintu jahanam, bagimu dan bagi orang yang melemparnya. Apakah ini lebih baik bagimu ataukah kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang aku berikan dan Tuhanmu berkata: Sesungguhnya aku perintahkan tujuh langit dan penghuninya, tujuh bumi dan penghuni-nya, untuk berdoa bagimu dan bagi umatmu, setiap hari lima kali pada waktu-waktu salat. Apakah itu lebih baik atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Janganlah kamu layangkan pandang-anmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka. Tetapi pandanglah kemurahan yang telah aku berikan kepadamu.
“Kemudian Rasulullah saw membaca: Janganlah kamu layangkan pandanganmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka dalam hal-hal istri-istri mereka. Rasulullah menarik nafas panjang seraya berkata: Aku bukanlah penghuni dunia ini, tetapi penghuni akhirat. Akulah kekasih Sang Kekasih. Ditanya ‘Atho, kapan Al-Fatihah diturunkan? Ia berkata: Turun di Makkah pada hari Jumat sebagai anugerah Allah kepada Nabi kami Muhammad saw. Bersamanya ada tujuh ribu malaikat yang menyertai Jibril, dan Allah tidak memberikan surat itu kepada seorang pun sebelumnya.1 ”
Turun langsung dari ‘Arasy Tuhan. Dari Ja’far bin Muhammad as dari ayahnya dari kakeknya sampai kepada Nabi saw. Ia ber-sabda: Ketika Allah swt bermaksud menurun-kan Al-Fatihah, ayat Kursi, Syahidallahu, qul lillahumma malik al-mulk, semua ayat itu bergantung di ‘Arasy Tuhan. Tidak ada peng-halang di antaranya dengan Allah. Semua ayat itu berkata: Tuhanku, kau turunkan kami ke kampung yang penuh dosa, kepada orang yang menentangmu, padahal kami bergantung pada kebersihan dan kesucianmu. Allah swt ber-firman: Demi keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, jika seorang hamba membaca kamu sesudah salatnya, Aku akan tempatkan dia di wisma kesucian (firdaus), Aku akan perhatikan dia dengan mata-Ku yang terpelihara setiap hari tujuhpuluh kali pandangan, Aku akan penuhi setiap hari tujuhpuluh keperluannya, paling sedikit di antaranya adalah ampunanku. Aku lindungi ia dari semua musuh. Aku akan membelanya. Tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali kematian.2
Keistimewaan bagi umat Rasulullah saw. Dari Hasan bin Ali: Pada suatu hari serombongan orang Yahudi menemui Nabi saw. Di antara yang mereka tanyakan: Kabarkan kepada kami tujuh hal yang Allah berikan kepadamu dan tidak diberikan kepada Nabi yang lain, dan Allah berikan kepada umatmu dan tidak kepada umat yang lain? Nabi saw bersabda: “Allah memberikan kepadaku Al-Fatihah, adzan, jamaah di masjid, hari Jumat, menjaharkan tiga salat, keringanan bagi umatku dalam keadaan sakit, safar, dan salat jenazah, dan syafaat bagi pelaku dosa besar di antara umatku.”3
Besarnya pahala bagi yang membaca-nya. Dari Ali as, Nabi saw bersabda, ”Pada malam Isra, aku berhenti di bawah ‘Arasy. Aku melihat ke atasku dan kulihat dua papan bergantung terbuat dari mutiara dan yakut. Pada papan yang satu tertulis Al-Fatihah, dan pada papan yang lain seluruh Al-Quran. Aku berkata: Tuhanku, muliakanlah umatku dengan dua papan ini. Tuhan yang Mahatinggi berfirman: Aku sudah memuliakan kamu dan umatmu dengan keduanya (yakni firman Tuhan: Sudah Aku berikan kepadamu tujuh yang diulang dan Al-Quran yang agung.) Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Fatihah? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, barangsiapa yang membaca tujuh ayat itu satu kali, aku haramkan baginya tujuh pintu jahanam (seperti firman Allah: Baginya ada tujuh pintu). Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Quran satu kali? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, untuk setiap huruf Aku beri kepadanya satu pohon di surga”4
Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, “Jika seorang hamba berkata alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku curahkan kepadamu nikmat-Ku di dunia dan akhirat. Bila dia berkata al-rahmân al-rahîm, Allah berfirman: Rahmat-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata mâliki yaumiddîn, Allah berfirman: Anugerah-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în, Tuhan berfirman: Pertolongan-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ihdinash shirâthal mustaqîm, Tuhan berfirman: Petunjuk-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata shirâth alladîina an’amta ‘alaihim, Tuhan berfirman: Syafa’at kekasih-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ghair al-maghdûbi ‘alaihim, Tuhan berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan dekatkan diri-Ku kepadamu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata wa lâ al-dhâlin, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, ketinggian-Ku, Aku tetapkan namamu dalam daftar orang-orang yang ber-bahagia dan Aku hapuskan namamu dari daftar orang-orang yang celaka.”5
Salat tidak sah tanpa Al-Fatihah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Turmudzi, Al-Nasai, Ibnu Majah dengan sanad yang bersambung kepada Nabi, Rasulullah saw bersabda, ”Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihat al-Kitab.” Al-Daruquthni meriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit: “Tidak mendapat pahala salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah”. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai menyampaikan sabda Nabi saw: “Barangsiapa yang melakukan salat, tidak membaca Al-Quran di dalamnya, maka salatnya itu bercacat, bercacat, bercacat.”6
Memberikan pengampunan dan per-lindungan. Diriwayatkan oleh Muhyiddin Ibn al-Arabi dalam Futuhat al-Makkiyyah dengan sanadnya yang bersambung kepada Nabi saw, Allah swt berfirman: Hai Israfil, demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku dan kemuliaan-Ku, siapa yang membaca bismillahirrahmanirrahim bersambung dengan Al-Fatihah satu kali, saksikanlah bahwa Aku ampuni dosa-dosanya, Aku terima kebaikan-nya, Aku maafkan kesalahannya. Aku tidak akan membakar lidahnya dengan api dan siksa pada hari kiamat, pada hari ketakutan yang besar. Ia akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan para awliya.”7
Al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dari al-Saib bin Yazid, “Nabi saw memohonkan perlindungan bagiku dengan Fatihat al-Kitab.”8
Memberikan Kesembuhan untuk Berbagai Penyakit. Rasulullah saw bersabda kepada Jabir bin Abdullah: Hai Jabir, maukah kamu saya ajarkan surat yang paling utama yang Allah turunkan dalam kitab-Nya? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku.Ya Rasul Allah, ajarkanlah surat itu kepadaku. Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kepadanya alhamdulillah, Umm al-Kitab, seraya berkata: Maukah aku beritakan lebih lanjut tentang Al-Fatihah? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku. Ya Rasul Allah, beritakanlah itu kepadaku. Rasulullah saw bersabda: Al-Fatihah itu obat dari segala penyakit kecuali kematian.9
1 Dikutip dari Tafsir al-Hanafi; lihat Khazînat al-Asrâr 109
2 Bihâr al-Anwâr, 89: 157; dalam riwayat Ahli Sunnah, lihat Khazînat al-Asrâr 114. Al-Nazili mengatakan ia mengutipnya dari Rûh al-Bayân 4:487.
3 Bihâr al-Anwâr 89:138
4 Khazînat al-Asrâr 113
5 ibid 115
6 ibid 112, al-Durr al-Mantsûr 1:18. Berdasarkan hadis-hadis ini, semua mazhab selain mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam salat wajib dibacakan al-Fatihah. Mazhab Hanafi hanya mewajibkan membaca ayat Al-Quran saja, paling sedikit enam huruf seperti “tsumma nazhar” (QS 74:21). Mereka berpegang pada ayat Al-Quran: “Bacalah apa yang mudah dari Al-Quran ” (QS 73:20) dan hadis mutawatir dari al-Bukhari, Muslim, yang berbunyi “Kemudian bacalah apa yang ada padamu dari Al-Quran .” Mazhab-mazhab di luar Hanafi berbeda pendapat tentang apakah al-Fatihah itu wajib pada setiap rakaat atau tidak. Syafi’i, Hanbali, dan Maliki (pada sebagian pendapatnya) mene-tapkan pada setiap rakaat. Ja’fari dan Maliki (pada sebagian pendapatnya yang lain) hanya mewajibkan pada rakaat pertama saja. Hasan al-Bashri berpendapat: Cukup pada satu rakaat saja. Lihat Tafsir Ayat al-Ahkâm 13-14; 202-204; Tafsir al-Munîr 63-67.
7 Khazînat al-Asrâr 110
8 ibid 111
9 Bihâr al-Anwâr 89:143
KH. Jalaluddin Rakhmat
”Manusia yang paling baik di antara kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya,” sabda Rasulullah saw. Hadis ini adalah sebagian di antara hadis-hadis yang berkenaan dengan keutamaan mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Hadis-hadis seperti itu dise-but hadis “fadhail” —berasal dari kata “fadhilah” yang berarti keutamaan, kebajikan, atau manfaat utama (excellences, virtue, merit). Para ulama sepakat bahwa hadis fadhail —sekali pun dhaif— boleh disebarkan untuk mendorong orang beramal saleh. Berikut ini kita sampaikan hadis-hadis berkenaan dengan keutamaan Al-Fatihah, dengan sedapat mungkin merujuk pada hadis-hadis yang shahih atau paling sedikit hasan. Ketika kita menyebutkan hadis-hadis tentang nama-nama Al-Fatihah, sebagian dari keutamaan Al-Fatihah ini sudah kita kemukakan. Di sini kita hanya mencantumkan hadis-hadis yang belum kita sebutkan.
Lebih baik dari segala kesenangan duniawi. “Pada suatu hari Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya. Mereka saling mengingatkan tentang nikmat Allah, kefanaan dunia, kekekalan akhirat, pahala orang yang beriman, dan azab bagi orang kafir. Tiba-tiba mereka mendengar sekelompok orang tertawa dengan riang sambil memukul-mukul genderang. Melihat ini, Rasulullah saw bertanya: Apa yang mengakibat-kan penduduk Makkah bergembira seperti ini? Salah seorang sahabatnya menjawab: Ya Rasulullah inilah kafilah yang masuk ke Makkah dan mereka bergembira menyambut-nya. Rasulullah saw bersabda: Marilah kita berdiri keluar melihat mereka dan mengambil pelajaran dari mereka.
“Kemudian mereka semua pergi duduk bergabung dengan rombongan orang. Kafilah demi kafilah masuk. Orang-orang berkata: Inilah kafilah Bani Umayyah, ini kafilah Bani Hasyim, ini kafilah Bani ‘Adi, sampai masuklah tujuh kafilah. Ketika Rasulullah saw memandang mereka, keindahan mereka, perhiasan mereka, harta mereka dan kegem-biraan mereka, rasa duka menyelimuti hati Nabi; karena sahabat-sahabatnya semenjak beberapa hari dalam keadaan lapar dan tidak menemukan sesuatu yang mereka makan.
“Semua itu membuat Rasulullah saw bersedih dan bertanya-tanya: Allah swt memberikan kepada orang kafir harta yang banyak dan Dia tidak memberi kami makanan? Pada saat itu juga turun Jibril dan berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Allah swt berkata kepadamu, “Aku telah memberi kamu tujuh ayat yang diulang, yakni Al-Fatihah. Allah mengharamkan pembacanya dari tujuh pintu jahanam. Inilah obat dari segala penyakit kecuali kematian. Tidak ada di dalam kitab-kitab, surat yang lebih utama daripadanya. Karenanya Iblis menjerit. Para iblis di samping-nya berkumpul dan bertanya: Apa gerangan yang terjadi wahai Junjungan kami, wahai Pemimpin kami. Ia menjawab: Ketahuilah pada hari ini sudah turun surat kepada umat ini. Siapa yang membacanya masuk surga tanpa perhitungan dan siksa. Kamu tidak akan mampu menghadapi para pembacanya, tipu daya kamu sia-sia.
“Jibril berkata: Apakah yang Aku berikan kepadamu, Muhammad, lebih baik? Atau tujuh kafilah yang Aku berikan kepada orang kafir? Berkata Rasulullah saw: Ini lebih utama, wahai Jibril. Jibril berkata: Ya, Muhammad, maukah kami tukar tujuh ayat yang kamu miliki dengan tujuh kafilah mereka? Rasulullah saw menjawab: Tidak, ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang telah Tuhanmu berikan kepada kamu, Allah swt juga berfirman: Telah kami berikan kepada-Mu Al-Quran yang agung. Sekiranya ia tertulis pada lembaran-lembaran kertas, kemudian dilemparkan ke dalam api, api tidak akan membakarnya. Maka bagaimana mungkin api neraka membakar pembacanya dan membakar penghafalnya. Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran Allah berikan kepadanya seratus kebaikan. Apakah Al-Quran itu yang lebih baik, atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Al-Quran lebih baik, ya Jibril.
“Jibril berkata: Maukah kamu tukar-kan Al-Quran dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril. Jibril berkata: Hai Muhammad, ketahuilah, haknya Al-Quran dan Tuhanmu berkata kepadamu: Kami berikan juga kepadamu hari Jumat pada setiap tujuh hari. Malamnya lebih baik dari dunia dan segala isinya. Pada setiap saat, pada hari Jumat, Tuhan bebaskan seratus ribu orang yang sudah dipastikan masuk ke neraka dan setiap anak musyrikin yang lahir pada malam itu, yang Allah muliakan dia dengan Islam, karena kemuliaan malam itu. Ia menghapuskan dosa-dosa di antara Jumat itu dan Jumat berikutnya. Ia melepaskan azab para mukminin penghuni kubur dan setiap orang yang memper-oleh azab pada malam itu karena kemuliaan-nya. Apakah itu lebih baik daripada kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan hari Jumat dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang aku berikan pada hari itu, dan Ya Muhammad, Tuhanmu juga berkata: Kami berikan tujuh kali tawaf. Siapa yang bertawaf di sekitar Baitullah, seakan-akan ia bertawaf di sekitar ‘Arasy Allah swt. Siapa yang tawaf di sekitar ‘Arasy-Nya, Allah akan malu menyiksa-nya. Setiap minggu setiap saat, orang beriman tawaf di sekitarnya, Allah memperhatikannya tujuh kali. Ingatlah kemurahan Allah yang diberikannya kepada orang mukmin berupa ampunan. Apakah ini lebih baik atau kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan ini dengan itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang telah aku berikan. Ya Muhammad, sesungguhnya Tuhan-Mu berkata: Kami berikan kepadamu juga tujuh kali melempar jumrah. Pada setiap jumrah, Allah ampuni dosa-dosa besar dari umatmu. Setiap lemparan jumrah menutup satu pintu jahanam, bagimu dan bagi orang yang melemparnya. Apakah ini lebih baik bagimu ataukah kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang aku berikan dan Tuhanmu berkata: Sesungguhnya aku perintahkan tujuh langit dan penghuninya, tujuh bumi dan penghuni-nya, untuk berdoa bagimu dan bagi umatmu, setiap hari lima kali pada waktu-waktu salat. Apakah itu lebih baik atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Janganlah kamu layangkan pandang-anmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka. Tetapi pandanglah kemurahan yang telah aku berikan kepadamu.
“Kemudian Rasulullah saw membaca: Janganlah kamu layangkan pandanganmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka dalam hal-hal istri-istri mereka. Rasulullah menarik nafas panjang seraya berkata: Aku bukanlah penghuni dunia ini, tetapi penghuni akhirat. Akulah kekasih Sang Kekasih. Ditanya ‘Atho, kapan Al-Fatihah diturunkan? Ia berkata: Turun di Makkah pada hari Jumat sebagai anugerah Allah kepada Nabi kami Muhammad saw. Bersamanya ada tujuh ribu malaikat yang menyertai Jibril, dan Allah tidak memberikan surat itu kepada seorang pun sebelumnya.1 ”
Turun langsung dari ‘Arasy Tuhan. Dari Ja’far bin Muhammad as dari ayahnya dari kakeknya sampai kepada Nabi saw. Ia ber-sabda: Ketika Allah swt bermaksud menurun-kan Al-Fatihah, ayat Kursi, Syahidallahu, qul lillahumma malik al-mulk, semua ayat itu bergantung di ‘Arasy Tuhan. Tidak ada peng-halang di antaranya dengan Allah. Semua ayat itu berkata: Tuhanku, kau turunkan kami ke kampung yang penuh dosa, kepada orang yang menentangmu, padahal kami bergantung pada kebersihan dan kesucianmu. Allah swt ber-firman: Demi keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, jika seorang hamba membaca kamu sesudah salatnya, Aku akan tempatkan dia di wisma kesucian (firdaus), Aku akan perhatikan dia dengan mata-Ku yang terpelihara setiap hari tujuhpuluh kali pandangan, Aku akan penuhi setiap hari tujuhpuluh keperluannya, paling sedikit di antaranya adalah ampunanku. Aku lindungi ia dari semua musuh. Aku akan membelanya. Tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali kematian.2
Keistimewaan bagi umat Rasulullah saw. Dari Hasan bin Ali: Pada suatu hari serombongan orang Yahudi menemui Nabi saw. Di antara yang mereka tanyakan: Kabarkan kepada kami tujuh hal yang Allah berikan kepadamu dan tidak diberikan kepada Nabi yang lain, dan Allah berikan kepada umatmu dan tidak kepada umat yang lain? Nabi saw bersabda: “Allah memberikan kepadaku Al-Fatihah, adzan, jamaah di masjid, hari Jumat, menjaharkan tiga salat, keringanan bagi umatku dalam keadaan sakit, safar, dan salat jenazah, dan syafaat bagi pelaku dosa besar di antara umatku.”3
Besarnya pahala bagi yang membaca-nya. Dari Ali as, Nabi saw bersabda, ”Pada malam Isra, aku berhenti di bawah ‘Arasy. Aku melihat ke atasku dan kulihat dua papan bergantung terbuat dari mutiara dan yakut. Pada papan yang satu tertulis Al-Fatihah, dan pada papan yang lain seluruh Al-Quran. Aku berkata: Tuhanku, muliakanlah umatku dengan dua papan ini. Tuhan yang Mahatinggi berfirman: Aku sudah memuliakan kamu dan umatmu dengan keduanya (yakni firman Tuhan: Sudah Aku berikan kepadamu tujuh yang diulang dan Al-Quran yang agung.) Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Fatihah? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, barangsiapa yang membaca tujuh ayat itu satu kali, aku haramkan baginya tujuh pintu jahanam (seperti firman Allah: Baginya ada tujuh pintu). Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Quran satu kali? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, untuk setiap huruf Aku beri kepadanya satu pohon di surga”4
Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, “Jika seorang hamba berkata alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku curahkan kepadamu nikmat-Ku di dunia dan akhirat. Bila dia berkata al-rahmân al-rahîm, Allah berfirman: Rahmat-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata mâliki yaumiddîn, Allah berfirman: Anugerah-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în, Tuhan berfirman: Pertolongan-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ihdinash shirâthal mustaqîm, Tuhan berfirman: Petunjuk-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata shirâth alladîina an’amta ‘alaihim, Tuhan berfirman: Syafa’at kekasih-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ghair al-maghdûbi ‘alaihim, Tuhan berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan dekatkan diri-Ku kepadamu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata wa lâ al-dhâlin, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, ketinggian-Ku, Aku tetapkan namamu dalam daftar orang-orang yang ber-bahagia dan Aku hapuskan namamu dari daftar orang-orang yang celaka.”5
Salat tidak sah tanpa Al-Fatihah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Turmudzi, Al-Nasai, Ibnu Majah dengan sanad yang bersambung kepada Nabi, Rasulullah saw bersabda, ”Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihat al-Kitab.” Al-Daruquthni meriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit: “Tidak mendapat pahala salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah”. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai menyampaikan sabda Nabi saw: “Barangsiapa yang melakukan salat, tidak membaca Al-Quran di dalamnya, maka salatnya itu bercacat, bercacat, bercacat.”6
Memberikan pengampunan dan per-lindungan. Diriwayatkan oleh Muhyiddin Ibn al-Arabi dalam Futuhat al-Makkiyyah dengan sanadnya yang bersambung kepada Nabi saw, Allah swt berfirman: Hai Israfil, demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku dan kemuliaan-Ku, siapa yang membaca bismillahirrahmanirrahim bersambung dengan Al-Fatihah satu kali, saksikanlah bahwa Aku ampuni dosa-dosanya, Aku terima kebaikan-nya, Aku maafkan kesalahannya. Aku tidak akan membakar lidahnya dengan api dan siksa pada hari kiamat, pada hari ketakutan yang besar. Ia akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan para awliya.”7
Al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dari al-Saib bin Yazid, “Nabi saw memohonkan perlindungan bagiku dengan Fatihat al-Kitab.”8
Memberikan Kesembuhan untuk Berbagai Penyakit. Rasulullah saw bersabda kepada Jabir bin Abdullah: Hai Jabir, maukah kamu saya ajarkan surat yang paling utama yang Allah turunkan dalam kitab-Nya? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku.Ya Rasul Allah, ajarkanlah surat itu kepadaku. Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kepadanya alhamdulillah, Umm al-Kitab, seraya berkata: Maukah aku beritakan lebih lanjut tentang Al-Fatihah? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku. Ya Rasul Allah, beritakanlah itu kepadaku. Rasulullah saw bersabda: Al-Fatihah itu obat dari segala penyakit kecuali kematian.9
1 Dikutip dari Tafsir al-Hanafi; lihat Khazînat al-Asrâr 109
2 Bihâr al-Anwâr, 89: 157; dalam riwayat Ahli Sunnah, lihat Khazînat al-Asrâr 114. Al-Nazili mengatakan ia mengutipnya dari Rûh al-Bayân 4:487.
3 Bihâr al-Anwâr 89:138
4 Khazînat al-Asrâr 113
5 ibid 115
6 ibid 112, al-Durr al-Mantsûr 1:18. Berdasarkan hadis-hadis ini, semua mazhab selain mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam salat wajib dibacakan al-Fatihah. Mazhab Hanafi hanya mewajibkan membaca ayat Al-Quran saja, paling sedikit enam huruf seperti “tsumma nazhar” (QS 74:21). Mereka berpegang pada ayat Al-Quran: “Bacalah apa yang mudah dari Al-Quran ” (QS 73:20) dan hadis mutawatir dari al-Bukhari, Muslim, yang berbunyi “Kemudian bacalah apa yang ada padamu dari Al-Quran .” Mazhab-mazhab di luar Hanafi berbeda pendapat tentang apakah al-Fatihah itu wajib pada setiap rakaat atau tidak. Syafi’i, Hanbali, dan Maliki (pada sebagian pendapatnya) mene-tapkan pada setiap rakaat. Ja’fari dan Maliki (pada sebagian pendapatnya yang lain) hanya mewajibkan pada rakaat pertama saja. Hasan al-Bashri berpendapat: Cukup pada satu rakaat saja. Lihat Tafsir Ayat al-Ahkâm 13-14; 202-204; Tafsir al-Munîr 63-67.
7 Khazînat al-Asrâr 110
8 ibid 111
9 Bihâr al-Anwâr 89:143
Rabu, 15 April 2009
Senin, 09 Februari 2009
ANTARA SUKMA NURANI DAN SUKMA DHULMANI
ANTARA SUKMA NURANI DAN SUKMA DHULMANI
oleh Jalaluddin Rakhmat
Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling
sempurna di dinia ini. Hal ini, seperti yang dikatakan
Ibnu'Arabi manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allah
di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi juga
karena ia merupakan mazhaz (penampakan atau tempat kenyataan)
asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh.
Allah menjadikan Adam (manusia) sesuai dengan citra-Nya.
Setelah jasad Adam dijadikan dari alam jisim, kemudian Allah
meniupkan ruh-Nya ke dalam jasad Adam. Allah berfirman:
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan Aku
tiupkan kepadanya ruh-Ku (QS. 15: 29)
Jadi jasad manusia, menurut para sufi, hanyalah alat, perkakas
atau kendaraan bagi rohani dalam melakukan aktivitasnya.
Manusia pada hakekatnya bukanlah jasad lahir yang diciptakan
dari unsur-unsur materi, akan tetapi rohani yang berada dalam
dirinya yang selalu mempergunakan tugasnya.
Karena itu, pembahasan tentang jasad tidak banyak dilakukan
para sufi dibandingkan pembahasan mereka tentang ruh (al-ruh),
jiwa (al-nafs), akal (al-'aql) dan hati nurani atau jantung
(al-qalb).
RUH DAN JIWA (AL-RUH DAN AL-NAFS)
Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad.
Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan
jasad sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam
ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli
sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi
dan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkan
kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci.
Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah
ditiup Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci. Ruh di
dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik
dan mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan
terpuji, maka lain halaya dengan jiwa. Jiwa adalah sumber
akhlak tercela, al-Farabi, Ibn Sina dan al-Ghazali membagi
jiwa pada: jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa hewani
(binatang) dan jiwa insani.
Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang
organis dari segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwa
hewani, disamping memiliki daya makan untuk tumbuh dan
melahirkan, juga memiliki daya untuk mengetahui hal-hal yang
kecil dan daya merasa, sedangkan jiwa insani mempunyai
kelebihan dari segi daya berfikir (al-nafs-al-nathiqah).
Daya jiwa yang berfikir (al-nafs-al-nathiqah atau
al-nafs-al-insaniyah). Inilah, menurut para filsuf dan sufi,
yang merupakan hakekat atau pribadi manusia. Sehingga dengan
hakekat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum dan yang
khusus, Dzatnya dan Penciptaannya.
Karena pada diri manusia tidak hanya memiliki jiwa insani
(berpikir), tetapi juga jiwa nabati dan hewani, maka jiwa
(nafs) manusia mejadi pusat tempat tertumpuknya sifat-sifat
yang tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusia
mempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.
Apabila jiwa menyerah dan patuh pada kemauan syahwat dan
memperturutkan ajakan syaithan, yang memang pada jiwa itu
sendiri ada sifat kebinatangan, maka ia disebut jiwa yang
menyuruh berbuat jahat. Firman Allah, "Sesungguhnya jiwa yang
demikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS. 12: 53)
Apabila jiwa selalu dapat menentang dan melawan sifat-sifat
tercela, maka ia disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencela
manusia yang melakukan keburukan dan yang teledor dan lalai
berbakti kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya, "Dan Aku
bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS. 75:2).
Tetapi apabila jiwa dapat terhindar dari semua sifat-sifat
yang tercela, maka ia berubah jadi jiwa yang tenang (al-nafs
al-muthmainnah). Dalam hal ini Allah menegaskan, "Hai jiwa
yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puas lagi
diridhoi, dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam Surga-Ku." (QS. 89:27-30)
Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu jiwa yang telah
menjadi tumpukan sifat-sifat yang tercela, jiwa yang telah
melakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela, dan jiwa yang
telah mencapai tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman,
yaitu jiwa muthmainnah. Dan jiwa muthmainnah inilah yang telah
dijamin Allah langsung masuk surga.
Jiwa muthmainnah adalah jiwa yang selalu berhubungan dengan
ruh. Ruh bersifat Ketuhanan sebagai sumber moral mulia dan
terpuji, dan ia hanya mempunyai satu sifat, yaitu suci.
Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen. Allah
sampaikan, "Demi jiwa serta kesempurnaannya, Allah
mengilhamkan jiwa pada keburukan dan ketaqwaan." (QS.91:7-8).
Artinya, dalam jiwa terdapat potensi buruk dan baik, karena
itu jiwa terletak pada perjuangan baik dan buruk.
AKAL
Akal yang dalam bahasa Yunani disebut nous atau logos atau
intelek (intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya berpikir
yang terdapat dalam otak, sedangkan "hati" adalah daya jiwa
(nafs nathiqah). Daya jiwa berpikir yang ada pada otak di
kepala disebut akal. Sedangkan yang ada pada hati (jantung) di
dada disebut rasa (dzauq). Karena itu ada dua sumber
pengetahuan, yaitu pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah) dan
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Kalau para filsuf
mengunggulkan pengetahuan akal, para sufi lebih mengunggulkan
pengetahuan hati (rasa).
Menurut para filsuf Islam, akal yang telah mencapai tingkatan
tertinggi --akal perolehan (akal mustafad)-- ia dapat
mengetahui kebahagiaan dan berusaha memperolehnya. Akal yang
demikian akan menjadikan jiwanya kekal dalam kebahagiaan
(sorga). Namun, jika akal yang telah mengenal kebahagiaan itu
berpaling, berarti ia tidak berusaha memperolehnya. Jiwa yang
demikian akan kekal dalam kesengsaraan (neraka).
Adapun akal yang tidak sempurna dan tidak mengenal
kebahagiaan, maka menurut al-Farabi, jiwa yang demikian akan
hancur. Sedangkan menurut para filsuf tidak hancur. Karena
kesempurnaan manusia menurut para filsuf terletak pada
kesempurnaan pengetahuan akal dalam mengetahui dan memperoleh
kebahagiaan yang tertinggi, yaitu ketika akan sampai ke
tingkat akal perolehan.
HATI SUKMA (QALB)
Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb.
Sebenarnya terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung,
bukan hati atau sukma. Tetapi, dalam pembahasan ini kita
memakai kata hati sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalah
segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di
dada sebelah kiri. Hati dalam pengertian ini bukanlah objek
kajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang kedokteran
yang cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati binatang,
bahkan bangkainya.
Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang
halus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang
ada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang
disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah
berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan
memahaminya." (QS. 7:1-79).
Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan sementara,
bahwa menurut para filsuf dan sufi Islam, hakekat manusia itu
jiwa yang berfikir (nafs insaniyah), tetapi mereka berbeda
pendapat pada cara mencapai kesempurnaan manusia. Bagi para
filsuf, kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuan
akal (ma'rifat aqliyah), sedangkan para sufi melalui
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Akal dan hati sama-sama
merupakan daya berpikir.
Menurut sufi, hati yang bersifat nurani itulah sebagai wadah
atau sumber ma'rifat --suatu alat untuk mengetahui hal-hal
yang Ilahi. Hal ini hanya dimungkinkan jika hati telah bersih
dari pencemaran hawa nafsu dengan menempuh fase-fase moral
dengan latihan jiwa, serta menggantikan moral yang tercela
dengan moral yang terpuji, lewat hidup zuhud yang penuh taqwa,
wara' serta dzikir yang kontinyu, ilmu ladunni (ilmu Allah)
yang memancarkan sinarnya dalam hati, sehingga ia dapat
menjadi Sumber atau wadah ma'rifat, dan akan mencapai
pengenalan Allah Dengan demikian, poros jalan sufi ialah
moralitas.
Latihan-latihan ruhaniah yang sesuai dengan tabiat terpuji
adalah sebagai kesehatan hati dan hal ini yang lebih berarti
ketimbang kesehatan jasmani sebab penyakit anggota tubuh luar
hanya akan membuat hilangnya kehidupan di dunia ini saja,
sementara penyakit hati nurani akan membuat hilangnya
kehidupan yang abadi. Hati nurani ini tidak terlepas dari
penyakit, yang kalau dibiarkan justru akan membuatnya
berkembang banyak dan akan berubah menjadi hati dhulmani
--hati yang kotor.
Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan oleh
hasil perjuangan antara hati nurani dan hati dhulmani. Inilah
yang dimaksud dengan firman Allah yang artinya, "Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan rugilah
orang yang mengotorinya." (QS. 91:8-9).
Hati nurani bagaikan cermin, sementara pengetahuan adalah
pantulan gambar realitas yang terdapat di dalamnya. Jika
cermin hati nurani tidak bening, hawa nafsunya yang tumbuh.
Sementara ketaatan kepada Allah serta keterpalingan dari
tuntutan hawa nafsu itulah yang justru membuat hati-nurani
bersih dan cemerlang serta mendapatkan limpahan cahaya dari
Allah Swt.
Bagi para sufi, kata al-Ghazali, Allah melimpahkan cahaya pada
dada seseorang, tidaklah karena mempelajarinya, mengkajinya,
ataupun menulis buku, tetapi dengan bersikap asketis terhadap
dunia, menghindarkan diri dari hal-hal yang berkaitan
dengannya, membebaskan hati nurani dari berbagai pesonanya,
dan menerima Allah segenap hati. Dan barangsiapa memiliki
Allah niscaya Allah adalah miliknya. Setiap hikmah muncul dari
hati nurani, dengan keteguhan beribadat, tanpa belajar, tetapi
lewat pancaran cahaya dari ilham Ilahi.
Hati atau sukma dhulmani selalu mempunyai keterkaitan dengan
nafs atau jiwa nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalu
menggoda manusia untuk mengikuti hawa nafsunya. Kesempurnaan
manusia (nafs nathiqah), tergantung pada kemampuan hati-nurani
dalam pengendalian dan pengontrolan hati dhulmani.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abu al-Wafi aI-Taftazani, Maduhal ila al-Tashawwuf al-Islamiy,
Kairo, 1983.
Ahmad Dandy, Allah dan Manusia Dalam Konsepsi Syeikh Nurudin
al-Raniry Jakarta, Rajawali, 1983.
Al-Farabi, Kitab Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah, Kairo, 1906.
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Kairo, 1334 H.
------, Ma'arij al-Quds fi Madarij Ma'rifah al-Nafs, Kairo,
1327 H.
------, Asnan al-Qur'an fi Ihya 'Ulum al-Din, Kairo.
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1978.
Muhyiddin Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, Kairo, 1949.
--------------------------------------------
Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah
Editor: Budhy Munawar-Rachman
Penerbit Yayasan Paramadina
Jln. Metro Pondok Indah
Pondok Indah Plaza I Kav. UA 20-21
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7501969, 7501983, 7507173
Fax. (021) 7507174
Fadilah Fatihah, oleh:KH. Jalaluddin Rakhmat
”Manusia yang paling baik di antara kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya,” sabda Rasulullah saw. Hadis ini adalah sebagian di antara hadis-hadis yang berkenaan dengan keutamaan mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Hadis-hadis seperti itu dise-but hadis “fadhail” —berasal dari kata “fadhilah” yang berarti keutamaan, kebajikan, atau manfaat utama (excellences, virtue, merit). Para ulama sepakat bahwa hadis fadhail —sekali pun dhaif— boleh disebarkan untuk mendorong orang beramal saleh. Berikut ini kita sampaikan hadis-hadis berkenaan dengan keutamaan Al-Fatihah, dengan sedapat mungkin merujuk pada hadis-hadis yang shahih atau paling sedikit hasan. Ketika kita menyebutkan hadis-hadis tentang nama-nama Al-Fatihah, sebagian dari keutamaan Al-Fatihah ini sudah kita kemukakan. Di sini kita hanya mencantumkan hadis-hadis yang belum kita sebutkan.
Lebih baik dari segala kesenangan duniawi. “Pada suatu hari Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya. Mereka saling mengingatkan tentang nikmat Allah, kefanaan dunia, kekekalan akhirat, pahala orang yang beriman, dan azab bagi orang kafir. Tiba-tiba mereka mendengar sekelompok orang tertawa dengan riang sambil memukul-mukul genderang. Melihat ini, Rasulullah saw bertanya: Apa yang mengakibat-kan penduduk Makkah bergembira seperti ini? Salah seorang sahabatnya menjawab: Ya Rasulullah inilah kafilah yang masuk ke Makkah dan mereka bergembira menyambut-nya. Rasulullah saw bersabda: Marilah kita berdiri keluar melihat mereka dan mengambil pelajaran dari mereka.
“Kemudian mereka semua pergi duduk bergabung dengan rombongan orang. Kafilah demi kafilah masuk. Orang-orang berkata: Inilah kafilah Bani Umayyah, ini kafilah Bani Hasyim, ini kafilah Bani ‘Adi, sampai masuklah tujuh kafilah. Ketika Rasulullah saw memandang mereka, keindahan mereka, perhiasan mereka, harta mereka dan kegem-biraan mereka, rasa duka menyelimuti hati Nabi; karena sahabat-sahabatnya semenjak beberapa hari dalam keadaan lapar dan tidak menemukan sesuatu yang mereka makan.
“Semua itu membuat Rasulullah saw bersedih dan bertanya-tanya: Allah swt memberikan kepada orang kafir harta yang banyak dan Dia tidak memberi kami makanan? Pada saat itu juga turun Jibril dan berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Allah swt berkata kepadamu, “Aku telah memberi kamu tujuh ayat yang diulang, yakni Al-Fatihah. Allah mengharamkan pembacanya dari tujuh pintu jahanam. Inilah obat dari segala penyakit kecuali kematian. Tidak ada di dalam kitab-kitab, surat yang lebih utama daripadanya. Karenanya Iblis menjerit. Para iblis di samping-nya berkumpul dan bertanya: Apa gerangan yang terjadi wahai Junjungan kami, wahai Pemimpin kami. Ia menjawab: Ketahuilah pada hari ini sudah turun surat kepada umat ini. Siapa yang membacanya masuk surga tanpa perhitungan dan siksa. Kamu tidak akan mampu menghadapi para pembacanya, tipu daya kamu sia-sia.
“Jibril berkata: Apakah yang Aku berikan kepadamu, Muhammad, lebih baik? Atau tujuh kafilah yang Aku berikan kepada orang kafir? Berkata Rasulullah saw: Ini lebih utama, wahai Jibril. Jibril berkata: Ya, Muhammad, maukah kami tukar tujuh ayat yang kamu miliki dengan tujuh kafilah mereka? Rasulullah saw menjawab: Tidak, ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang telah Tuhanmu berikan kepada kamu, Allah swt juga berfirman: Telah kami berikan kepada-Mu Al-Quran yang agung. Sekiranya ia tertulis pada lembaran-lembaran kertas, kemudian dilemparkan ke dalam api, api tidak akan membakarnya. Maka bagaimana mungkin api neraka membakar pembacanya dan membakar penghafalnya. Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran Allah berikan kepadanya seratus kebaikan. Apakah Al-Quran itu yang lebih baik, atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Al-Quran lebih baik, ya Jibril.
“Jibril berkata: Maukah kamu tukar-kan Al-Quran dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril. Jibril berkata: Hai Muhammad, ketahuilah, haknya Al-Quran dan Tuhanmu berkata kepadamu: Kami berikan juga kepadamu hari Jumat pada setiap tujuh hari. Malamnya lebih baik dari dunia dan segala isinya. Pada setiap saat, pada hari Jumat, Tuhan bebaskan seratus ribu orang yang sudah dipastikan masuk ke neraka dan setiap anak musyrikin yang lahir pada malam itu, yang Allah muliakan dia dengan Islam, karena kemuliaan malam itu. Ia menghapuskan dosa-dosa di antara Jumat itu dan Jumat berikutnya. Ia melepaskan azab para mukminin penghuni kubur dan setiap orang yang memper-oleh azab pada malam itu karena kemuliaan-nya. Apakah itu lebih baik daripada kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan hari Jumat dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang aku berikan pada hari itu, dan Ya Muhammad, Tuhanmu juga berkata: Kami berikan tujuh kali tawaf. Siapa yang bertawaf di sekitar Baitullah, seakan-akan ia bertawaf di sekitar ‘Arasy Allah swt. Siapa yang tawaf di sekitar ‘Arasy-Nya, Allah akan malu menyiksa-nya. Setiap minggu setiap saat, orang beriman tawaf di sekitarnya, Allah memperhatikannya tujuh kali. Ingatlah kemurahan Allah yang diberikannya kepada orang mukmin berupa ampunan. Apakah ini lebih baik atau kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan ini dengan itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang telah aku berikan. Ya Muhammad, sesungguhnya Tuhan-Mu berkata: Kami berikan kepadamu juga tujuh kali melempar jumrah. Pada setiap jumrah, Allah ampuni dosa-dosa besar dari umatmu. Setiap lemparan jumrah menutup satu pintu jahanam, bagimu dan bagi orang yang melemparnya. Apakah ini lebih baik bagimu ataukah kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang aku berikan dan Tuhanmu berkata: Sesungguhnya aku perintahkan tujuh langit dan penghuninya, tujuh bumi dan penghuni-nya, untuk berdoa bagimu dan bagi umatmu, setiap hari lima kali pada waktu-waktu salat. Apakah itu lebih baik atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Janganlah kamu layangkan pandang-anmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka. Tetapi pandanglah kemurahan yang telah aku berikan kepadamu.
“Kemudian Rasulullah saw membaca: Janganlah kamu layangkan pandanganmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka dalam hal-hal istri-istri mereka. Rasulullah menarik nafas panjang seraya berkata: Aku bukanlah penghuni dunia ini, tetapi penghuni akhirat. Akulah kekasih Sang Kekasih. Ditanya ‘Atho, kapan Al-Fatihah diturunkan? Ia berkata: Turun di Makkah pada hari Jumat sebagai anugerah Allah kepada Nabi kami Muhammad saw. Bersamanya ada tujuh ribu malaikat yang menyertai Jibril, dan Allah tidak memberikan surat itu kepada seorang pun sebelumnya.1 ”
Turun langsung dari ‘Arasy Tuhan. Dari Ja’far bin Muhammad as dari ayahnya dari kakeknya sampai kepada Nabi saw. Ia ber-sabda: Ketika Allah swt bermaksud menurun-kan Al-Fatihah, ayat Kursi, Syahidallahu, qul lillahumma malik al-mulk, semua ayat itu bergantung di ‘Arasy Tuhan. Tidak ada peng-halang di antaranya dengan Allah. Semua ayat itu berkata: Tuhanku, kau turunkan kami ke kampung yang penuh dosa, kepada orang yang menentangmu, padahal kami bergantung pada kebersihan dan kesucianmu. Allah swt ber-firman: Demi keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, jika seorang hamba membaca kamu sesudah salatnya, Aku akan tempatkan dia di wisma kesucian (firdaus), Aku akan perhatikan dia dengan mata-Ku yang terpelihara setiap hari tujuhpuluh kali pandangan, Aku akan penuhi setiap hari tujuhpuluh keperluannya, paling sedikit di antaranya adalah ampunanku. Aku lindungi ia dari semua musuh. Aku akan membelanya. Tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali kematian.2
Keistimewaan bagi umat Rasulullah saw. Dari Hasan bin Ali: Pada suatu hari serombongan orang Yahudi menemui Nabi saw. Di antara yang mereka tanyakan: Kabarkan kepada kami tujuh hal yang Allah berikan kepadamu dan tidak diberikan kepada Nabi yang lain, dan Allah berikan kepada umatmu dan tidak kepada umat yang lain? Nabi saw bersabda: “Allah memberikan kepadaku Al-Fatihah, adzan, jamaah di masjid, hari Jumat, menjaharkan tiga salat, keringanan bagi umatku dalam keadaan sakit, safar, dan salat jenazah, dan syafaat bagi pelaku dosa besar di antara umatku.”3
Besarnya pahala bagi yang membaca-nya. Dari Ali as, Nabi saw bersabda, ”Pada malam Isra, aku berhenti di bawah ‘Arasy. Aku melihat ke atasku dan kulihat dua papan bergantung terbuat dari mutiara dan yakut. Pada papan yang satu tertulis Al-Fatihah, dan pada papan yang lain seluruh Al-Quran. Aku berkata: Tuhanku, muliakanlah umatku dengan dua papan ini. Tuhan yang Mahatinggi berfirman: Aku sudah memuliakan kamu dan umatmu dengan keduanya (yakni firman Tuhan: Sudah Aku berikan kepadamu tujuh yang diulang dan Al-Quran yang agung.) Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Fatihah? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, barangsiapa yang membaca tujuh ayat itu satu kali, aku haramkan baginya tujuh pintu jahanam (seperti firman Allah: Baginya ada tujuh pintu). Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Quran satu kali? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, untuk setiap huruf Aku beri kepadanya satu pohon di surga”4
Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, “Jika seorang hamba berkata alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku curahkan kepadamu nikmat-Ku di dunia dan akhirat. Bila dia berkata al-rahmân al-rahîm, Allah berfirman: Rahmat-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata mâliki yaumiddîn, Allah berfirman: Anugerah-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în, Tuhan berfirman: Pertolongan-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ihdinash shirâthal mustaqîm, Tuhan berfirman: Petunjuk-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata shirâth alladîina an’amta ‘alaihim, Tuhan berfirman: Syafa’at kekasih-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ghair al-maghdûbi ‘alaihim, Tuhan berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan dekatkan diri-Ku kepadamu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata wa lâ al-dhâlin, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, ketinggian-Ku, Aku tetapkan namamu dalam daftar orang-orang yang ber-bahagia dan Aku hapuskan namamu dari daftar orang-orang yang celaka.”5
Salat tidak sah tanpa Al-Fatihah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Turmudzi, Al-Nasai, Ibnu Majah dengan sanad yang bersambung kepada Nabi, Rasulullah saw bersabda, ”Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihat al-Kitab.” Al-Daruquthni meriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit: “Tidak mendapat pahala salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah”. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai menyampaikan sabda Nabi saw: “Barangsiapa yang melakukan salat, tidak membaca Al-Quran di dalamnya, maka salatnya itu bercacat, bercacat, bercacat.”6
Memberikan pengampunan dan per-lindungan. Diriwayatkan oleh Muhyiddin Ibn al-Arabi dalam Futuhat al-Makkiyyah dengan sanadnya yang bersambung kepada Nabi saw, Allah swt berfirman: Hai Israfil, demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku dan kemuliaan-Ku, siapa yang membaca bismillahirrahmanirrahim bersambung dengan Al-Fatihah satu kali, saksikanlah bahwa Aku ampuni dosa-dosanya, Aku terima kebaikan-nya, Aku maafkan kesalahannya. Aku tidak akan membakar lidahnya dengan api dan siksa pada hari kiamat, pada hari ketakutan yang besar. Ia akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan para awliya.”7
Al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dari al-Saib bin Yazid, “Nabi saw memohonkan perlindungan bagiku dengan Fatihat al-Kitab.”8
Memberikan Kesembuhan untuk Berbagai Penyakit. Rasulullah saw bersabda kepada Jabir bin Abdullah: Hai Jabir, maukah kamu saya ajarkan surat yang paling utama yang Allah turunkan dalam kitab-Nya? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku.Ya Rasul Allah, ajarkanlah surat itu kepadaku. Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kepadanya alhamdulillah, Umm al-Kitab, seraya berkata: Maukah aku beritakan lebih lanjut tentang Al-Fatihah? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku. Ya Rasul Allah, beritakanlah itu kepadaku. Rasulullah saw bersabda: Al-Fatihah itu obat dari segala penyakit kecuali kematian.9
1 Dikutip dari Tafsir al-Hanafi; lihat Khazînat al-Asrâr 109
2 Bihâr al-Anwâr, 89: 157; dalam riwayat Ahli Sunnah, lihat Khazînat al-Asrâr 114. Al-Nazili mengatakan ia mengutipnya dari Rûh al-Bayân 4:487.
3 Bihâr al-Anwâr 89:138
4 Khazînat al-Asrâr 113
5 ibid 115
6 ibid 112, al-Durr al-Mantsûr 1:18. Berdasarkan hadis-hadis ini, semua mazhab selain mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam salat wajib dibacakan al-Fatihah. Mazhab Hanafi hanya mewajibkan membaca ayat Al-Quran saja, paling sedikit enam huruf seperti “tsumma nazhar” (QS 74:21). Mereka berpegang pada ayat Al-Quran: “Bacalah apa yang mudah dari Al-Quran ” (QS 73:20) dan hadis mutawatir dari al-Bukhari, Muslim, yang berbunyi “Kemudian bacalah apa yang ada padamu dari Al-Quran .” Mazhab-mazhab di luar Hanafi berbeda pendapat tentang apakah al-Fatihah itu wajib pada setiap rakaat atau tidak. Syafi’i, Hanbali, dan Maliki (pada sebagian pendapatnya) mene-tapkan pada setiap rakaat. Ja’fari dan Maliki (pada sebagian pendapatnya yang lain) hanya mewajibkan pada rakaat pertama saja. Hasan al-Bashri berpendapat: Cukup pada satu rakaat saja. Lihat Tafsir Ayat al-Ahkâm 13-14; 202-204; Tafsir al-Munîr 63-67.
7 Khazînat al-Asrâr 110
8 ibid 111
9 Bihâr al-Anwâr 89:143
Lebih baik dari segala kesenangan duniawi. “Pada suatu hari Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya. Mereka saling mengingatkan tentang nikmat Allah, kefanaan dunia, kekekalan akhirat, pahala orang yang beriman, dan azab bagi orang kafir. Tiba-tiba mereka mendengar sekelompok orang tertawa dengan riang sambil memukul-mukul genderang. Melihat ini, Rasulullah saw bertanya: Apa yang mengakibat-kan penduduk Makkah bergembira seperti ini? Salah seorang sahabatnya menjawab: Ya Rasulullah inilah kafilah yang masuk ke Makkah dan mereka bergembira menyambut-nya. Rasulullah saw bersabda: Marilah kita berdiri keluar melihat mereka dan mengambil pelajaran dari mereka.
“Kemudian mereka semua pergi duduk bergabung dengan rombongan orang. Kafilah demi kafilah masuk. Orang-orang berkata: Inilah kafilah Bani Umayyah, ini kafilah Bani Hasyim, ini kafilah Bani ‘Adi, sampai masuklah tujuh kafilah. Ketika Rasulullah saw memandang mereka, keindahan mereka, perhiasan mereka, harta mereka dan kegem-biraan mereka, rasa duka menyelimuti hati Nabi; karena sahabat-sahabatnya semenjak beberapa hari dalam keadaan lapar dan tidak menemukan sesuatu yang mereka makan.
“Semua itu membuat Rasulullah saw bersedih dan bertanya-tanya: Allah swt memberikan kepada orang kafir harta yang banyak dan Dia tidak memberi kami makanan? Pada saat itu juga turun Jibril dan berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Allah swt berkata kepadamu, “Aku telah memberi kamu tujuh ayat yang diulang, yakni Al-Fatihah. Allah mengharamkan pembacanya dari tujuh pintu jahanam. Inilah obat dari segala penyakit kecuali kematian. Tidak ada di dalam kitab-kitab, surat yang lebih utama daripadanya. Karenanya Iblis menjerit. Para iblis di samping-nya berkumpul dan bertanya: Apa gerangan yang terjadi wahai Junjungan kami, wahai Pemimpin kami. Ia menjawab: Ketahuilah pada hari ini sudah turun surat kepada umat ini. Siapa yang membacanya masuk surga tanpa perhitungan dan siksa. Kamu tidak akan mampu menghadapi para pembacanya, tipu daya kamu sia-sia.
“Jibril berkata: Apakah yang Aku berikan kepadamu, Muhammad, lebih baik? Atau tujuh kafilah yang Aku berikan kepada orang kafir? Berkata Rasulullah saw: Ini lebih utama, wahai Jibril. Jibril berkata: Ya, Muhammad, maukah kami tukar tujuh ayat yang kamu miliki dengan tujuh kafilah mereka? Rasulullah saw menjawab: Tidak, ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang telah Tuhanmu berikan kepada kamu, Allah swt juga berfirman: Telah kami berikan kepada-Mu Al-Quran yang agung. Sekiranya ia tertulis pada lembaran-lembaran kertas, kemudian dilemparkan ke dalam api, api tidak akan membakarnya. Maka bagaimana mungkin api neraka membakar pembacanya dan membakar penghafalnya. Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran Allah berikan kepadanya seratus kebaikan. Apakah Al-Quran itu yang lebih baik, atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Al-Quran lebih baik, ya Jibril.
“Jibril berkata: Maukah kamu tukar-kan Al-Quran dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril. Jibril berkata: Hai Muhammad, ketahuilah, haknya Al-Quran dan Tuhanmu berkata kepadamu: Kami berikan juga kepadamu hari Jumat pada setiap tujuh hari. Malamnya lebih baik dari dunia dan segala isinya. Pada setiap saat, pada hari Jumat, Tuhan bebaskan seratus ribu orang yang sudah dipastikan masuk ke neraka dan setiap anak musyrikin yang lahir pada malam itu, yang Allah muliakan dia dengan Islam, karena kemuliaan malam itu. Ia menghapuskan dosa-dosa di antara Jumat itu dan Jumat berikutnya. Ia melepaskan azab para mukminin penghuni kubur dan setiap orang yang memper-oleh azab pada malam itu karena kemuliaan-nya. Apakah itu lebih baik daripada kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan hari Jumat dengan kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan apa yang aku berikan pada hari itu, dan Ya Muhammad, Tuhanmu juga berkata: Kami berikan tujuh kali tawaf. Siapa yang bertawaf di sekitar Baitullah, seakan-akan ia bertawaf di sekitar ‘Arasy Allah swt. Siapa yang tawaf di sekitar ‘Arasy-Nya, Allah akan malu menyiksa-nya. Setiap minggu setiap saat, orang beriman tawaf di sekitarnya, Allah memperhatikannya tujuh kali. Ingatlah kemurahan Allah yang diberikannya kepada orang mukmin berupa ampunan. Apakah ini lebih baik atau kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik. Jibril berkata: Maukah kamu tukarkan ini dengan itu? Rasulullah saw menjawab: Tidak ya Jibril.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang telah aku berikan. Ya Muhammad, sesungguhnya Tuhan-Mu berkata: Kami berikan kepadamu juga tujuh kali melempar jumrah. Pada setiap jumrah, Allah ampuni dosa-dosa besar dari umatmu. Setiap lemparan jumrah menutup satu pintu jahanam, bagimu dan bagi orang yang melemparnya. Apakah ini lebih baik bagimu ataukah kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Ini lebih baik.
“Jibril berkata: Ketahuilah kemuliaan yang aku berikan dan Tuhanmu berkata: Sesungguhnya aku perintahkan tujuh langit dan penghuninya, tujuh bumi dan penghuni-nya, untuk berdoa bagimu dan bagi umatmu, setiap hari lima kali pada waktu-waktu salat. Apakah itu lebih baik atau kafilah-kafilah itu? Rasulullah saw menjawab: Itu lebih baik. Jibril berkata: Janganlah kamu layangkan pandang-anmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka. Tetapi pandanglah kemurahan yang telah aku berikan kepadamu.
“Kemudian Rasulullah saw membaca: Janganlah kamu layangkan pandanganmu kepada kesenangan yang kami berikan kepada mereka dalam hal-hal istri-istri mereka. Rasulullah menarik nafas panjang seraya berkata: Aku bukanlah penghuni dunia ini, tetapi penghuni akhirat. Akulah kekasih Sang Kekasih. Ditanya ‘Atho, kapan Al-Fatihah diturunkan? Ia berkata: Turun di Makkah pada hari Jumat sebagai anugerah Allah kepada Nabi kami Muhammad saw. Bersamanya ada tujuh ribu malaikat yang menyertai Jibril, dan Allah tidak memberikan surat itu kepada seorang pun sebelumnya.1 ”
Turun langsung dari ‘Arasy Tuhan. Dari Ja’far bin Muhammad as dari ayahnya dari kakeknya sampai kepada Nabi saw. Ia ber-sabda: Ketika Allah swt bermaksud menurun-kan Al-Fatihah, ayat Kursi, Syahidallahu, qul lillahumma malik al-mulk, semua ayat itu bergantung di ‘Arasy Tuhan. Tidak ada peng-halang di antaranya dengan Allah. Semua ayat itu berkata: Tuhanku, kau turunkan kami ke kampung yang penuh dosa, kepada orang yang menentangmu, padahal kami bergantung pada kebersihan dan kesucianmu. Allah swt ber-firman: Demi keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, jika seorang hamba membaca kamu sesudah salatnya, Aku akan tempatkan dia di wisma kesucian (firdaus), Aku akan perhatikan dia dengan mata-Ku yang terpelihara setiap hari tujuhpuluh kali pandangan, Aku akan penuhi setiap hari tujuhpuluh keperluannya, paling sedikit di antaranya adalah ampunanku. Aku lindungi ia dari semua musuh. Aku akan membelanya. Tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali kematian.2
Keistimewaan bagi umat Rasulullah saw. Dari Hasan bin Ali: Pada suatu hari serombongan orang Yahudi menemui Nabi saw. Di antara yang mereka tanyakan: Kabarkan kepada kami tujuh hal yang Allah berikan kepadamu dan tidak diberikan kepada Nabi yang lain, dan Allah berikan kepada umatmu dan tidak kepada umat yang lain? Nabi saw bersabda: “Allah memberikan kepadaku Al-Fatihah, adzan, jamaah di masjid, hari Jumat, menjaharkan tiga salat, keringanan bagi umatku dalam keadaan sakit, safar, dan salat jenazah, dan syafaat bagi pelaku dosa besar di antara umatku.”3
Besarnya pahala bagi yang membaca-nya. Dari Ali as, Nabi saw bersabda, ”Pada malam Isra, aku berhenti di bawah ‘Arasy. Aku melihat ke atasku dan kulihat dua papan bergantung terbuat dari mutiara dan yakut. Pada papan yang satu tertulis Al-Fatihah, dan pada papan yang lain seluruh Al-Quran. Aku berkata: Tuhanku, muliakanlah umatku dengan dua papan ini. Tuhan yang Mahatinggi berfirman: Aku sudah memuliakan kamu dan umatmu dengan keduanya (yakni firman Tuhan: Sudah Aku berikan kepadamu tujuh yang diulang dan Al-Quran yang agung.) Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Fatihah? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, barangsiapa yang membaca tujuh ayat itu satu kali, aku haramkan baginya tujuh pintu jahanam (seperti firman Allah: Baginya ada tujuh pintu). Aku berkata: Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al-Quran satu kali? Allah swt berfirman: Ya Muhammad, untuk setiap huruf Aku beri kepadanya satu pohon di surga”4
Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, “Jika seorang hamba berkata alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku curahkan kepadamu nikmat-Ku di dunia dan akhirat. Bila dia berkata al-rahmân al-rahîm, Allah berfirman: Rahmat-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata mâliki yaumiddîn, Allah berfirman: Anugerah-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în, Tuhan berfirman: Pertolongan-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ihdinash shirâthal mustaqîm, Tuhan berfirman: Petunjuk-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata shirâth alladîina an’amta ‘alaihim, Tuhan berfirman: Syafa’at kekasih-Ku bagimu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata ghair al-maghdûbi ‘alaihim, Tuhan berfirman: Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan dekatkan diri-Ku kepadamu di dunia dan akhirat. Jika ia berkata wa lâ al-dhâlin, Allah berfirman: Demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, ketinggian-Ku, Aku tetapkan namamu dalam daftar orang-orang yang ber-bahagia dan Aku hapuskan namamu dari daftar orang-orang yang celaka.”5
Salat tidak sah tanpa Al-Fatihah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Turmudzi, Al-Nasai, Ibnu Majah dengan sanad yang bersambung kepada Nabi, Rasulullah saw bersabda, ”Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihat al-Kitab.” Al-Daruquthni meriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit: “Tidak mendapat pahala salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah”. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai menyampaikan sabda Nabi saw: “Barangsiapa yang melakukan salat, tidak membaca Al-Quran di dalamnya, maka salatnya itu bercacat, bercacat, bercacat.”6
Memberikan pengampunan dan per-lindungan. Diriwayatkan oleh Muhyiddin Ibn al-Arabi dalam Futuhat al-Makkiyyah dengan sanadnya yang bersambung kepada Nabi saw, Allah swt berfirman: Hai Israfil, demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku dan kemuliaan-Ku, siapa yang membaca bismillahirrahmanirrahim bersambung dengan Al-Fatihah satu kali, saksikanlah bahwa Aku ampuni dosa-dosanya, Aku terima kebaikan-nya, Aku maafkan kesalahannya. Aku tidak akan membakar lidahnya dengan api dan siksa pada hari kiamat, pada hari ketakutan yang besar. Ia akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan para awliya.”7
Al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dari al-Saib bin Yazid, “Nabi saw memohonkan perlindungan bagiku dengan Fatihat al-Kitab.”8
Memberikan Kesembuhan untuk Berbagai Penyakit. Rasulullah saw bersabda kepada Jabir bin Abdullah: Hai Jabir, maukah kamu saya ajarkan surat yang paling utama yang Allah turunkan dalam kitab-Nya? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku.Ya Rasul Allah, ajarkanlah surat itu kepadaku. Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kepadanya alhamdulillah, Umm al-Kitab, seraya berkata: Maukah aku beritakan lebih lanjut tentang Al-Fatihah? Jabir menjawab: Tentu saja, demi ayah dan ibuku. Ya Rasul Allah, beritakanlah itu kepadaku. Rasulullah saw bersabda: Al-Fatihah itu obat dari segala penyakit kecuali kematian.9
1 Dikutip dari Tafsir al-Hanafi; lihat Khazînat al-Asrâr 109
2 Bihâr al-Anwâr, 89: 157; dalam riwayat Ahli Sunnah, lihat Khazînat al-Asrâr 114. Al-Nazili mengatakan ia mengutipnya dari Rûh al-Bayân 4:487.
3 Bihâr al-Anwâr 89:138
4 Khazînat al-Asrâr 113
5 ibid 115
6 ibid 112, al-Durr al-Mantsûr 1:18. Berdasarkan hadis-hadis ini, semua mazhab selain mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam salat wajib dibacakan al-Fatihah. Mazhab Hanafi hanya mewajibkan membaca ayat Al-Quran saja, paling sedikit enam huruf seperti “tsumma nazhar” (QS 74:21). Mereka berpegang pada ayat Al-Quran: “Bacalah apa yang mudah dari Al-Quran ” (QS 73:20) dan hadis mutawatir dari al-Bukhari, Muslim, yang berbunyi “Kemudian bacalah apa yang ada padamu dari Al-Quran .” Mazhab-mazhab di luar Hanafi berbeda pendapat tentang apakah al-Fatihah itu wajib pada setiap rakaat atau tidak. Syafi’i, Hanbali, dan Maliki (pada sebagian pendapatnya) mene-tapkan pada setiap rakaat. Ja’fari dan Maliki (pada sebagian pendapatnya yang lain) hanya mewajibkan pada rakaat pertama saja. Hasan al-Bashri berpendapat: Cukup pada satu rakaat saja. Lihat Tafsir Ayat al-Ahkâm 13-14; 202-204; Tafsir al-Munîr 63-67.
7 Khazînat al-Asrâr 110
8 ibid 111
9 Bihâr al-Anwâr 89:143
Langganan:
Postingan (Atom)